Puisi
Dikala pagi aku hadir bersama mereka yang tak terlelapkan oleh megahnya dunia, oleh dinginya cuaca, empuknya kasur dan bantal guling yang dihiasi permadani indah bertahtahkan emas mutiara. Aku jauh lebih megah dari dunia seisinya, lebih indah dari permadani, emas, permata bahkan mutiara. Menjadikan mereka hangat dalam dekapanku, dekapan karunia kasih dan sayangku. Aku adalah mutiara yang terpendam dalam lumpur dosa. Terpendam dalam hingar bingarnya kota. Terpendam dalam kemalasan dan ketidaktahuan mereka akan diriku. Mereka tidak tahu, mereka tidak mengenalku dengan baik. Kenalpun hanya sebatas, ya sebatas mendengar saja.
Aku tak jemu-jemu menghampiri mereka yang belum merasakan kedamaian, ketenangan, kenikmatan bersamaku, bahkan bukan hanya itu kemampuanku, lebih dari itu, aku bawa mereka terbang kealam fatamorgana nyata dalam jiwa yang tak bisa dibayangkan, tak bisa diungkapkan, hanya dapat dirasakan nikmatanya bersamaku. Bagi mereka yang mencintaiku, hingga tibalah saatnya senja mereka tetap saja tak perduli sampai pagi kembali tiba bahkan sampai jiwa terlepas dari raga. Aku tak pernah minta bayaran sepeserpun pada mereka, kepada orang-orang yang sering bertandang kepadaku setiap saat. Aku siap melayani mereka kapan saja, dimana saja tidak kenal batas, usia, ruang dan waktu, sebab aku tercipta untuk hidup selamanya melayani mereka.
No comments:
Post a Comment
Pesan
Note: only a member of this blog may post a comment.